Ditengah megahnya infrastruktur komunikasi yang dibangun pemerintah untuk warga negaranya saat ini membuat segala sesuatu jadi sangat mudah. Orang dapat dengan sangat mudah mencari apa yg mereka mau melalui google, youtube, atau facebook. Begitupun para aktivis yang lantang menyuarakan kebenaran versi mereka terhadap sistem yang mengekang mereka.
Media yang digunakan kini hanya sebungkus rokok, segelas kopi, dan jaringan 4g dalam handheld androidnya. Semua ide dituangkan dengan sangat lantang tak peduli siapa pemirsanya. Mirip dengan apa yang dilakukan pada zaman dahulu, ketika orang meneriakan MERDEKA atau REVOLUSI di tembok2 strategis kota. Tujuanya adalah supaya siapapun yang membacanya akan ikutan terbakar.
Namun itu yang hilang dari peran seniman jalanan sekarang. Mereka terlalu sibuk IG untuk dapetin folower, subscriber, adsense, dan fame. Mereka lupa akan pesan yang harusnya disampaikan ke ruang ruang publik. Society seolah memisahkan sistem dengan kegemaran masyarakatnya. Kita dibuat tidak lagi perduli dengan gelombang2 politis atau sosialis yang bergema tanpa terdengar, namun massive terjadi. Perubahan berjalan sangat cepat, satu generasi mengalami perubahan kultur berkali kali dalam 1 masa. Ini luar biasa, tapi kita harus menyesuaikanya.
Karya2 berteknik tinggi dan memanjakan mata itu nggak ada bedanya lagi sama banner2 properti dipinggir jalan. Ya, apa bedanya? Bagus, punya estetika, dan mudah diakses dijalan jalan kota, namun muatanya minus. Profit profit dan profit. Apa yang aku lakukan sekarang mesti punya investasi profit keerpanya. Persetan tetanggaku yang anaknya mulai ngesex diusia 10an tahun. Well, bener nggak? Apa peduli (sebagian besar) seniman mural sama orang susah sekarang? Sama aturan yang sedang dibuat sekarang? Sama kemungkinan perang saudara sekarang?
Kalau kamu bagian dari seniman street art, kamu mesti pikirin ini baik2. Ketika kamu menggunakan media publik untuk mengiklankan dirimu sendiri, lalu kamu seorang caleg partai persetan. Kamu mestinya menyisipkan sedikit muatan pesan yang bisa nunjukin kamu nggak cuma punya skill, tapi juga punya otak yang balance antara logika sama perasaan.